![]() |
Pagi ini aku kembali mendatangi penjual sayur keliling dengan keperluan—tidak lain dan tidak bukan—untuk mendengar kabar terbaru. Bak kopi, pagi tanpa asupan kabar apa pun membuat otakku tidak dapat berfungsi dengan baik. Nah, kalau kamu salah mengira, bukan penjual sayur keliling yang menyebarkan kabar terkini, melainkan pembeli-pembelinya. Mereka ini lebih cepat dan gesit daripada wartawan berita di televisi.
Rupanya pagi ini adalah pilihan yang tepat. Memang berdasarkan konstelasi Orion semalam, hari ini seharusnya adalah hari yang beruntung. Aku kembali mendapat kabar yang cukup legit dari mulut-mulut penyebar selentingan. Kali ini objeknya masih sama seperti beberapa waktu lalu: Kos Ceria.
Seperti kutukan, tidak ada penghuni Kos Ceria yang beruntung. Aku jadi bertanya-tanya apakah dalam karir pekerjaan mereka juga bernasib mujur? Mengingat alasan pertama mereka tinggal di sini adalah karena mengadu nasib.
Salah satu penghuni Kos Ceria baru saja berobat ke dokter gigi lantaran merasa ada sesuatu pada giginya. Setiap lidahnya menyapu gigi dan dinding mulut, dia merasa baru saja menyentuh sebuah permukaan bertekstur bulu-bulu lembut. Dia berkaca dan menemukan karang gigi sudah mulai tumbuh di balik giginya. Karang-karang gigi berwarna hitam tersebut muncul akibat kebiasaan makan dan minum manis. Namun selain karang berwarna hitam, dia juga mendapati permukaan karang yang berwarna hijau. Ini baru pertama kali dilihatnya. Karang gigi berwarna hijau!
Mula-mula dia mencoba cara membersihkan giginya dengan cairan pembersih gigi, flossing, mengurangi makanan dan minuman manis, menyikat gigi secara rutin, hingga berusaha minum air mineral dua liter sehari padahal sulit sekali menemukan air mineral yang berkualitas di kota G. Dia jadi harus berhemat. Karena dengan sulitnya ditemukan air mineral, dia harus merogoh kocek lebih untuk mendapatkan air bersih tersebut.
Akan tetapi usaha tersebut sia-sia. Semakin diamati, karang gigi berwarna hijau tersebut malah makin melebar. Sekarang karang gigi hijau tersebut bahkan menduduki karang gigi hitam. Nyaris semua bagian dalam giginya berwarna hijau. Tidak sampai di situ, karang gigi hijau juga mulai merambat di sela-sela giginya hingga mencapai sisi depan gigi. Dia sampai malu jika harus membuka mulutnya.
Karena sudah putus asa, akhirnya dia menemui dokter gigi. Dokter yang melihat penyakitnya mengerutkan kening dan berdecak keras. “Saya belum pernah menemukan kasus ini sebelumnya.”
Begitu dokter menyalakan lampu dan dan menggunakan kaca pembesar, betapa kagetnya dia mengetahui kalau karang gigi hijau itu adalah lumut. Sulit bagi dokter untuk tidak menggumamkan, “Yikes.” Namun karena dokter selalu berusaha berpegang teguh dengan sumpah dokternya, maka dokter dengan susah payah menyimpan ejekannya tersebut dalam hati dan bersikap profesional.
“Ini lumut.” Dokter berkata dengan percaya diri, sementara si penghuni Kos Ceria tersebut mengulangi kata lumut dengan ragu-ragu.
“Apakah anda sering minum air kotor?” Tanya dokter.
“Yah, air bersih di kos saya sulit sekali didapat, dok. Tapi saya selalu berusaha beli air galon di depot air.”
Dokter berdeham. “Bagaimana saat mandi?” Dokter kembali bertanya. “Air apa yang anda gunakan saat menggosok gigi?”
“Air sumur.”
“Kotor, ya, airnya?”
“Yah.” Penghuni Kos Ceria itu memanjang-manjangkan ‘yaaaah’ sambil berpikir sejenak. “Tidak bisa dikatakan bersih juga, dok. Airnya sering keruh.”
“Berwarna kuning kecokelatan, ya?”
Dia mengangguk.
“Tidak salah lagi.” Dokter akhirnya bersabda. “Kemungkinan besar lumut ini berasal dari air mandi yang anda gunakan.”
“Lalu apa yang harus saya lakukan?”
“Saya akan meresepkan antiseptik dan juga….” Dokter melirik dari atas kacamatanya yang melorot. “Kalau bisa saya sarankan anda untuk mencoba menggunakan larutan garam, cuka, dan baking soda untuk meluruhkan lumut-lumut tersebut. Namun ingat, jangan sampai tertelan. Saya jamin rasanya pasti tidak enak.” Dokter terkekeh sendiri atas leluconnya yang payah. “Kontrol lagi dalam waktu seminggu.”
Begitulah pada akhirnya penghuni Kos Ceria tersebut pulang dengan langkah lesu. Sebelum mencapai indekos, dia mampir ke toko kelontong terdekat untuk membeli garam, cuka, dan baking soda. Dia bertekad akan mencoba semua saran dokter tersebut. Mudah-mudahan manjur.
Namun manjur dan mujur sepertinya tidak cukup bersahabat dengannya karena hampir seminggu berlalu dan tidak ada perubahan apa-apa pada karang giginya. Karang gigi hijaunya masih berdiri kokoh seakan memamerkan eksistensi dan mengukuhkan tahta di dalam gigi dan mulutnya.
Sudah kepalang gamam, akhirnya dia membuka kamus kuno acuan sejuta umat, Mbah Google. Mbah Google mengatakan air aki dapat membantu meluruhkan lumut. Lantas, dengan terburu-buru, sampai salah mengenakan pasangan sandal milik tetangga, dia menyeret tubuhnya ke toko bengkel untuk membeli air aki.
Kemudian begitu mencapai kamar indekosnya yang sesempit kuburan, dia menegak air aki tersebut. Mula-mula dia hanya menyimpannya di mulut dan berkumur-kumur seperti mbah dukun. Terlalu lama berkumur membuat otot-otot kerongkongannya melemah hingga perlahan-perlahan air aki merembes dari mulut ke kerongkongannya hingga dia tersedak.
Karena tersedak, matanya melotot dan tubuhnya merespon dengan kaget. Sinyal otak malah mengirimkan pesan untuk batuk. Akhirnya perut menyuruh semua otot di perut dan tenggorokan dan kerongkongan untuk batuk, tetapi malah membuat otot kerongkongan membuka katup antara dirinya dan mulut, sehingga air aki semakin terjun bebas masuk ke dalam tubuhnya.
Ini membuat tubuhnya menggelinjang kaget dan terbatuk-batuk. Lambung kaget menerima cairan asing sehingga menolak menerima cairan aki tersebut. Dia berusaha memuntahkannya keluar, tetapi cairan aki telah berhasil mencapai lambung. Dia mulai merasakan panas menjalari seluruh trakea dan perutnya. Dia ingin berteriak, tapi tak ada suara yang berhasil keluar. Tubuhnya limbung dan sempoyongan. Akhirnya tubuhnya ambruk. Kepalanya menghantam pinggiran ranjang kayu yang tajam dengan keras. Tubuh kaku tersebut perlahan-lahan merosot dan menyentuh ubin dengan darah segar yang mengucur deras dari dahi.
Baru beberapa hari kemudian penghuni Kos Ceria tersebut ditemukan karena bau busuk yang menguar dari kamarnya.
***
30 Juni 2023.
Baca juga: Kos Ceria
Copyright © 2025 Ohyouka. Kindly honor the owner by refraining from quoting any portion or more of the blog's content without their consent.
Comments
Post a Comment