Review e-Reader Onyx Boox Nova 2 Bahasa Indonesia

by - April 07, 2021

Sumber: Foto Pribadi

Hai! Apa kamu suka banget membaca? Suka membaca buku digital dan sedang mencari-cari e-reader yang cocok? Jika iya, coba baca pengalamanku menjajal e-reader dari Onyx Boox Nova 2 yang kubeli beberapa hari lalu ini.

Banyak dari kita yang awalnya pasti kebingungan hendak membeli e-reader dari Kindle yang sudah terkenal itu atau e-reader lain. Atau bahkan masih ada yang belum tahu e-reader apa saja yang saat ini telah beredar di pasaran? Well, yang kutahu hingga saat ini ada e-reader dari Kindle, Kobo, dan Onyx Boox. Mungkin bagi yang sudah mengetahui e-reader lainnya yang tidak kalah bagus bisa bantu share dan ceritakan pengalaman membaca melalui perangkat tersebut di kolom komentar. 

Awal cerita bagaimana aku akhirnya memutuskan membeli Onyx Boox ini bisa dibilang agak panjang. For the longest time aku selalu merasa Kindle adalah e-reader terbaik sejak aku mengetahuinya waktu kuliah namun Kindle belum memenuhi preferensi yang kubutuhkan. Apa saja preferensiku?
  • Aku butuh layar yang lebih besar daripada sekadar layar ponsel yang kecil.
  • Aku butuh layar yang tidak membuat mata sakit dan lelah karena pancaran cahaya dan (mungkin) radiasinya.
  • Bisa baca buku dari Play Book dan iPusnas karena aku banyak membeli buku dari Play Store dan banyak membaca dari iPusnas.
  • Kemudian ketika muncul Gramedia Digital, aku juga ingin agar perangkat e-reader bisa mendukung.
  • Singkatnya, ini menggiring pada kata kunci yaitu: e-reader harus memiliki Play Store ➔ e-reader harus mendukung OS Android sebagai root cause
Ya, bahkan dalam perkiraan yang kuucapkan pada temanku saat itu, aku menerawang setidaknya e-reader tersebut harus menggunakan OS Android. Karena Kindle tidak mendukung OS Android, aku mengurungkan niatku membeli Kindle.

Lalu suatu hari aku sempat melihat postingan Instagram story seseorang yang di-reshare oleh akun @fiksigpu. Pada postingan itu, seseorang menampilkan bacaan yang sedang dibaca pada sebuah perangkat e-reader. Aku langsung mengetahuinya karena aku selalu mengamati dengan detail jika orang memposting bacaannya dari perangkat elektronik, mataku akan langsung melakukan scan apakah itu ponsel, tablet, Kindle, atau...lainnya. Rupanya aku menemukan merk perangkat ini: Boox.

Aku buru-buru mencari perangkat e-reader ini di e-commerce dan ternyata belum ada yang menjual perangkat ini. Aku juga kemudian mencoba mengecek review perangkat e-reader ini di Youtube. Ada beberapa channel yang membuat video terkait Onyx Boox ini. Namun karena aku pun rasanya belum bisa membeli perangkat ini (selain belum tersedia di e-commerce, duitku juga belum ada), aku mulai melupakannya.

Hingga beberapa hari lalu, salah temanku memposting Kindle barunya di Instagram story. Wah, aku langsung tertarik. Aku membalas story-nya dan menanyakan banyak hal terkait Kindle. Setelah mengutarakan preferensiku yang masih sama, dia lalu menyebutkan soal Onyx Boox dan otakku seolah kembali ke waktu itu pada ingatan yang samar-samar.

Long story short, akhirnya aku memutuskan membeli Onyx Boox alih-alih Kindle karena perangkat e-reader ini jelas-jelas mencentang semua preferensi yang kubutuhkan. Senang sekali!

Di mana aku membelinya? Aku membelinya di Tokopedia. Berikut linknya: Toko Yutmart.

Aku memilih pengiriman Gojek Same Day karena tidak sabar untuk segera mencoba e-reader ini dan lekas-lekas melakukan pembayaran. Kemudian aku mengirim pesan ke penjual dan menanyakan secara halus kapan barang bisa dikirim. Kasarannya aku meminta apakah barang bisa segera dikirim secepatnya. Hehehe. Untungnya penjual sangat responsif, komunikatif, gercep, dan ramah. Kalau kamu tertarik membeli Onyx Boox, coba beli di toko itu, ya! Dijamin tidak akan mengecewakan. 

Wah, lama juga prolog pembukaanya, kita tidak sampai-sampai pada tahap review. Tapi aku juga ingin membagikan perjalanan panjangku sebelum akhirnya memutuskan membeli Onyx Boox. Jelas aku sangat puas dan menyukai ini!

Baiklah, tanpa banyak cincong, mari kita pindah ke bagian spesifikasi produk dan review.

Spesifikasi Produk

Sesungguhnya aku melakukan unboxing video khusus untuk e-reader ini. Karena video tersebut berukuran di atas 100 MB, aku tidak bisa mengunggahnya ke sini. Tentu saja bisa aku unggah di Youtube, tapi aku belum menginginkannya. Kamu bisa menonton video unboxing langsung di Youtube.


Apa saja yang kudapat? Banyak. Ini dia:
  • Boox Nova 2
  • Stylus Pen
  • USB C to A cable
  • Screen Protector
  • Quick Start Guide
  • Warranty Card
  • Plus free case
Keren, kan? Lengkap banget.

Spesifikasinya apa saja? Berikut aku tuliskan yang kudapat dari deskripsi produk Toko Yutmart.
  • Hardware
    • 7.8 HD e-Ink Carta Screen
    • 1872 x 1404 (300 dpi)
    • 16 Grayscale
    • Capacitive touch + Electromagnetic pen touch (4096-level sensitivity)
    • Octa-core 2.0 GHz
    • 3 GB LPDDR3 memory
    • 32 GB EMMC storage
    • Wi-Fi (2.4 GHz + 5 GHz) + BT 4.1
    • Front light with CTM (warm and cold)
  • Software
    • Regal refresh
    • Android 9.0
    • Documents Format: PDF, EPUB, TXT, DJVU, HTML, RTF, FB2, DOC, MOBI, CHM
    • Images Format: PNG, JPG, TIFF, BMP
    • Audio Format, WAV, MP3
    • App Store: Boox store
    • Support DRM (by 3rd party apps)
  • Lainnya:
    • Buttons: power, back
    • Expansion Interface: USB-C (support OTG)
    • Speaker: N/A
    • Mic: Yes
    • Earphone Jack: USB-C earphone jack
    • Battery Capacity: 3150mAh Polymer Li-on
    • Battery Life: Up to 7 weeks (standby mode)
    • Dimension: 197.3x137x7.7 mm
    • Weight: ≤265 grams
Lebih jelasnya lagi kamu bisa mampir ke website Onyx Boox sendiri dengan klik di sini.

Apa saja nilai jualnya? Bagi yang masih kurang jelas setelah membaca spesifikasi perangkat, berikut aku tuliskan poin-poin menarik dari deskripsi produk Toko Yutmart yang bisa dijadikan pertimbangan:
  • Resolusi Tertinggi: 7.8 inch 1872x1404 (300dpi) e-Ink Carta display memberikan text yang lebih tajam sehingga memberikan kenyamanan pada mata. 
  • Sangat portable: Ukuran dan design yang compact memberikan kemudahan untuk memegang Nova 2 dalam satu tangan dan membawanya ke mana saja.
  • Powerful CPU: Octa-core 2.0 GHz processor membantu performa untuk multi-tasking, meningkatkan kecepatan refresh sebanyak 10% dan menurunkan konsumsi power sebanyak 60% saat WiFi nyala dibandingkan model sebelumnya.
  • Android 9.0: memberikan tingkat keamanan baru untuk perangkat dan meningkatkan kompatibilitas dengan aplikasi pihak ketiga.
  • 4096-level Pressure Sensitivity: menambah pengalaman pena dan kertas dalam hal menulis dan menggambar.
  • Front lights: dapat menyesuaikan warm dan white lights. 
Aplikasi apa saja yang compatible: Kindle Amazon, Rakuten Kobo, OverDrive/Libby by Over, Scribd, Audible, Kompas, Gramedia Online. Simply semua aplikasi yang ada di Playstore.

Review Pemakaian

Perbandingan e-reader dengan buku fisik

Aku membeli Boox pada tanggal 25 Maret 2021. Sekarang sudah 14 hari pemakaian sejak aku mulai melanjutkan menulis postingan ini. Begitu e-reader ini sampai di tangan, melakukan unboxing, dan mengamati setiap detail build quality perangkat, akhirnya aku menyalakan perangkat ini. Sebagai perbandingan, aku menyejajarkan perangkat ini dengan buku fisik yang biasa aku baca. Panjang dan lebarnya hampir sama. Perangkat ini terasa nyaman dan masih bisa dipegang dengan satu tangan saja karena ringan. Ada satu hal yang perlu kamu lakukan begitu kamu menyalakan Onyx Boox ini, yaitu:
  • Aplikasi Playstore masih belum enable atau bisa disebut sebagai pre-install.
  • Untuk mengaktifkan Playstore: pergi ke Setting - Application - Enable atau centang Google Play - Pilih GSF ID - Lakukan pendaftaran GSF ID dengan login ke Google Account - Massukan password Google Account.
  • Setelah pendaftaran, restart perangkat dengan cara menekan tombol power agak lama dan pilih restart (ada dua pilihan: power off dan restart).
  • Setelah restart, pergi ke Application - Buka aplikasi Playstore - Login dengan menggunakan Google Account.
  • Selesai.
Setelah langkah tersebut kelar, kamu sudah bisa menginstall aplikasi yang kamu inginkan, seperti misalnya Gramedia Digital, Play Book, iPusnas, Kindle, dan lain-lain. 

Onyx Boox juga menyediakan Book Store sendiri. Buku-buku yang mereka sediakan pada dasarnya sudah bersifat free sehingga kamu bisa langsung mengunduh dan membacanya. 

Bagaimana pengalaman membaca di Onyx Boox? Berikut aku coba jabarkan:
  • Reader Onyx Boox: Aplikasi reader bawaan Onyx Boox sudah support tipe .epub sehingga bisa membaca dengan format flowing text yang artinya tulisan bisa fleksibel: mau diubah font, ukuran font, jarak paragraf, indentasi, hingga mengatur letak teks (rata kiri, kanan, atau ratakan semua sisi). Membaca di sini nyaman banget. 
  • Kindle: Nyaris sama seperti reader bawaan Onyx Boox. Bisa support tipe .epub dan flowing text.
  • iPusnas: Pengalaman membacanya hampir sama seperti di smartphone karena tipe buku yang ada di iPusnas masih .pdf, belum flowing text sehingga tidak fleksibel.
  • Gramedia Digital: Nyaris tidak ada perbedaan dengan yang biasa aku baca di smartphone. Buku-buku di Gramedia Digital ini nyaris semuanya bertipe .pdf sehingga tulisannya tidak fleksibel sama sekali, sudah fixed. Jika nantinya kamu merasa tulisannya terlalu kecil atau halaman terpotong karena terlalu besar, jangan khawatir. Ada navigation ball (seperti yang ada di iPhone) yang memuat beberapa fungsi untuk zoom in dan zoom out layar. Gunakan itu dan sesuaikan dengan preferensi kenyamanan kamu. Tapi ada sedikit kabar segar. Bagi kamu yang juga memperhatikannya, untuk terbitan buku-buku Gramedia terbaru, ketika buku-buku tersebut masuk ke Gramedia Digital, e-reader mereka agak berbeda. Aku berasumsi buku-buku baru tersebut sudah bertipe.epub, karena bentuknya sudah flowing text, bisa ganti font, dan ukuran font. Minusnya adalah, belum ada fitur bookmark, tidak bisa melihat perbandingan halaman yang sedang dibaca saat ini/total halaman, dan tulisannya sangat mepet dengan bezel perangkat. Ini membuat aku sebagai pembaca kurang nyaman. 
Potret ketika aku membaca novel Pelukis Bisu di Gramedia Digital
  • Ketahanan baterai: Aku setidaknya sudah pernah membaca dalam kurun waktu yang sedikit (beberapa jam saja) hingga agak ekstrim (berjam-jam dalam sehari penuh, dari pagi hingga dini hari) dan menurutku ketahanan baterainya tidak begitu sesuai klaimnya yang mengatakan sampai 7 minggu. Tapi klaim tersebut dikatakan untuk stand by mode, sedangkan selain membaca, aku juga sempat menyalakan internet untuk mengunduh buku di Gramedia Digital dan Play Book. Mungkin perbandinganku membaca dan berselancar sekitar 80/20. Sekitar 5-6 jam pemakain layar yang mostly menyala terus dan berada di posisi stand by mode beberapa saat, baterai bisa turun sampai 20%. Ini adalah salah satu pemakaian ekstrimku yang kuperhatikan hohoho. Ada satu hari yang kupakai nyaris seharian dari pagi sekitar pukul 9 hingga pukul 10 malam, perangkat menyala terus dan baterai menginjak angka 60% dari 100%.
  • Pengaturan Daya: Kita bisa mengatur waktu daya seperti: kapan perangkat akan masuk ke mode sleep secara otomatis, dan kapan perangkat akan otomatis mematikan perangkat. Aku mengatur auto sleep setelah lima menit perangkat tidak melakukan aktivitas apa pun, dan mengatur power off timeout setelah 30 menit auto sleep. 
  • Aku memperhatikan setelah aku memakai perangkat ini dalam kondisi agak ekstrim, perangkat menjadi agak sedikit lambat. Aku sudah berasumsi apakah aku terlalu banyak mengunduh buku-buku di Gramedia Digital. Aku mencoba mengabaikan ini dan pergi tidur. Keesokan harinya ketika aku menyalakan perangkat ini, anehnya perangkat terasa jauh lebih ringan seperti awal-awal pemakaian setelah beli. Tidak ada masalah serius. 
  • Perlu diketahui karena refresh rate perangkat ini tidak setinggi smartphone, maka jangan berharap perangkat ini bisa melakukan screen refresh seperti bergulir dari halaman ke halaman lain dan lain-lain dengan cepat. Ada beberapa pilihan refresh mode yang tersedia dan bisa kamu pilih sesuai preferensi. Aku sendiri nyaman di A2 mode. Kamu juga bisa mengatur ketajaman kontras layar sesuai preferensi.
  • Terdapat dua macam mode cahaya di perangkat ini: layar putih sebagai default mode (seperti biasa yang kita temukan pada kebanyakan e-reader dan pada ketiga foto yang kutampilkan) dan night mode yang kekuningan. Kita bisa mengombinasikan dua mode ini secara bersamaan sesuai preferensi.
  • Perangkat yang kubeli di Yutmart ini datang bersama stylus pen yang surprisingly aku suka banget. Entah ukuran atau nilai ergonimisnya, tanganku cocok menulis menggunakan stylus pen ini dan dapat menghasilkan tulisan yang rapi, bagus, dan pokoknya sesuai dengan standar kerapian dan seleraku. Stylus pen ini tidak perlu diisi dayanya seperti S Pen Samsung dan Apple Pencil dan tidak perlu dikonfigurasikan agar tersambung dengan perangkat. Pada saat pertama kamu menyalakan perangkat, kamu hanya akan diminta untuk melakukan kalibrasi layar menggunakan stylus pen nya dengan mencoba mencoret layar dan mengetuk titik-titik tertentu.
Contoh tulisan menggunakan stylus pen

  • Case Onyx Boox gratis yang disisipkan dalam pembelian juga berkualitas bagus. Bagian depannya cukup tebal dengan berbahan kain yang sedikit dilapisi plastik sehingga tidak mudah menyerap air, lalu bagian belakangnya berbahan plastik hardcase. Uniknya, jika posisi perangkat sedang dalam sleep mode, perangkat akan otomatis menyala jika kita membuka tutup case. Pada bungkus case ini memang telah dicantumkan informasi jika case bisa otomatis menyala dalam sleep mode jika tutup case dibuka.
  • Varian ini tidak mendukung audio speaker walaupun sudah mendukung microphone, sehingga jika ingin install Spotify dan aplikasi semacamnya akan useless. Ini berarti tidak mendukung audiobook.
  • Untuk dictionary sejauh ini aku memang belum terlalu banyak explore aplikasi Kindle ataupun bawaan Onyx Boox jadi belum bisa berkata banyak, karena aku banyak menghabiskan waktu membaca di Gramedia Digital dan Play Book (koleksi paling banyak di sini semua). Aku pernah menemukan review dari seseorang yang mengatakan jika dictionary bawaan Onyx Boox kurang bagus, tapi bisa diakali dengan menginstall Google Stardict Dictionary. 
  • Kamu bisa membaca buku digital dari keempat sisi perangkat Onyx Book ini! Atur saja sesuai preferensi. Keren, kan? Untuk buku-buku bertipe .epub, keempat sisi memiliki pengalaman yang hampir sama. Akan beda jika dokumen bertipe .pdf. Layar akan terbagi menjadi 2 halaman. Tulisan akan menjadi sangat kecil. Sangat sangat tidak nyaman sekali. Sayangnya masih terlalu banyak e-book bahasa Indonesia yang masih bertipe .pdf. 
  • Varian Nova 2 ini tidak mendukung layar yang berwarna. Kalau kamu ingin varian yang berwarna bahkan mendukung audio speaker, Yutmart menyediakan di tokonya. Lagi-lagi semua kembali preferensi dan budget, tentu saja. 
Baiklah, sepertinya aku sudah berbicara terlalu banyak. Kira-kira seperti itulah pendapat dariku selama memakai Onyx Boox. Aku sungguh puas dan tidak menyesal sama sekali telah membeli e-reader ini. Membaca menggunakan e-reader ini aku akui mampu menghadang berbagai macam distraksi yang sering muncul jika aku membaca di smartphone. Perlu kamu ketahui aku adalah orang yang sangat mudah terdistraksi di tengah melakukan sesuatu seperti menonton film atau membaca buku. Bisa saja tiba-tiba aku kepikiran dan penasaran siapa saja cast pemain film, profil penulis buku, dan ragam-ragam lainnya. Tapi setelah membaca melalui e-reader ini, minatku dan juga FOMO akan update terbaru warga sosmed tidak mengganggu. Aku bahkan mulai merasa beberapa hal seperti itu tidak terlalu penting sekali untuk diikuti. Keren banget, kan, perubahan ini? 

Nah, sekarang apa kamu sudah mantap mau memiliki e-reader? Atau mulai tertarik mencoba pengalaman baru membaca melalui e-reader? Menurutku, perangkat ini layak dan cocok banget untuk kamu yang hobi membaca.

You May Also Like

6 comments

  1. Hi! Makasih banyak untuk reviewnya!
    Aku selama ini baca pake tab dan emang cukup berat dan cepet bikin mata capek. Mau beralih ke onyx boox tapi masih galau bakalan seperti apa tapi disini di review lengkap banget! Bahkan ada tokonya juga hehehe makasih yaaa 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai! Terima kasih sudah mampir dan baca postinganku. 😊 Semoga membantu mengurangi kegalauannya untuk bisa beralih ke Onyx Boox. 😁

      Delete
  2. Halo. Pengguna Onyx Boox disini, meskipun serinya beda. Root causenya sama deh kita. Belinya jg di toko yg sama. Kayaknya emg udh dipercaya pengguna e-reader tuh toko 🤣 ini ukurannya lumayan gede ya. Kepikiran buat upgrade ke yg berwarna ga kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai! Iyaa bener, yang beli juga banyak dari situ, udah kayak semacam authorized seller aja. 😂 Iya lumayan gede ukurannya, tapi hampir sama kayak ukuran buku. Kepikiran upgrade! Mungkin 2-3 tahun ke depan hehehe, soalnya kalo baca buku berwarna jadi terasa ada yang kurang karena hitam putih. Kalau kamu pengin upgrade ke yang berwarna juga?

      Delete
  3. Hi! Reviewnya bagus dan lengkap. Mau tanya buat referensi, kalau dipakai lama perangkatnya bakal panas nggak? Kayak kalau lagi main HP. Pengen beralih ke e-reader nih tapi masih memantapkan hati hehehe, makasih kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, terima kasih sudah berkunjung. ^^ Untuk pemakaian lama, selama pengalaman aku pakai, e-reader gak panas.

      Delete