Berdiri mematung di bawah payung ungunya. Berdiri membeku di tengah-tengah hujan deras sembari mendengarkan ketukan hujan yang berusaha menembus payung dan mengenai kepala gadis yang mengenakan blus bunga-bunga berwarna senada dengan payungnya.
Sudah pukul sebelas malam dan aku baru saja pulang dari kantor. Salah satu temanku yang baru saja pulang dari liburan ke luar negeri memberiku oleh-oleh berupa satu set krim kecantikan. "Gunakanlah untuk wajahmu yang berjerawat itu." Katanya saat di kantor tadi. "Nanti pasti akan sembuh dan kau akan mendapatkan wajah ala bintang yang ada di drama-drama itu lho." Aku yang saat itu sedang gusar menemukan krim kecantikan yang cocok untuk kulitku langsung menerima dengan suka cita. Karena krim kecantikan tersebut adalah buatan luar negeri, aku yakin seratus persen--bahkan seribu persen--kualitasnya tidak perlu diragukan.
Minggu pagi sebelum terbangun karena sahur aku bermimpi. Mimpi buruk yang sayangnya adalah lucid dream. Sebelum tidur aku sadar aku telah membuat skenario-skenario cerita di otakku yang aneh perihal kejadian yang kualami tepat pada malam minggu.
Aku dan sekeluargaku
pergi ke mall Ramayana karena katanya menjelang akhir puasa aka lebaran,
Ramayana selalu mengadakan midnight sale dan diskon
besar-besaran. Tak pelak jalanan sekitar Ramayana padat banget waktu kami sampai
di sana. Parkiran penuh. Akhirnya kami memarkirkan mobil di Kantor Pos yang
jaraknya sekitar seratus meter dari Ramayana.
Sudah musim layang-layang, ya? Aku ingat dulu aku pernah mendengar seseorang yang membacakan novel berjudul Kite Runner--bercerita dengan latar belakang di Afganistan dan ditulis oleh seorang penulis dari Afganistan juga yang punya profesi lain sebagai dokter. Dalam novelnya, ia bercerita tentang seorang anak yang terlahir dari keluarga kaya dan memiliki seorang pembantu yang sebaya dengannya. Pembantu cilik ini lantas menjadi temannya. Ia sumbing. Ia sering diolok-olok oleh teman-temannya si anak kaya tapi bodohnya, si anak kaya tidak pernah membantunya ketika ia dijahili.
Papaku yang kusayang adalah sosok pria yang lahir 49 tahun lalu di sebuah dusun kecil di kaki gunung Merapi. Beliau cerita hidupnya dulu sangat sederhana. Beliau terbiasa jalan kaki berpuluh-puluh kilometer menuju sekolah. Biasa melewati sungai-sungai, melepas sepatu, dan tidak boleh berangkat sekolah sebelum mencuci pakaian, apapun alasan dan kondisinya.
Mimpi lucid-ku tidak selalu bagus. Aku lebih sering bermimpi dan mengingat mimpi buruk sampai terkadang aku berharap aku tidak perlu mengingatnya sama sekali. Sekali aku mendapatkan mimpi yang bagus, aku biasanya langsung rakus ingin menikmati setiap detik yang terlewati sampai aku sadar kalau aku itu sedang bermimpi dan ketika aku menginginkan kelanjutan ceritanya, mimpi tersebut malah berakhir.
Aku mendapat mimpi ini minggu lalu tepat di Minggu pagi sebelum terbangun karena Mama membangunkanku. Aku suka sekali dengan mimpi ini. Ini adalah mimpi tentang teman-teman SMP-ku. Teman-teman yang baik-baik dan aku sangat menyukai mereka.
Entah sedang dalam momen apa, tapi hari itu anak-anak mengenakan pakaian bebas. Pakaian mereka terlihat rapi-rapi. Beberapa malah menggunakan rok. Nyaris tidak ada yang menggunakan material bawahan jins, kecuali para cowoknya, yah hanya beberapa--di mimpiku, hanya tiga cowok yang aku lihat. Cewek-ceweknya mengenakan pakaian berbahan sifon. Aku sendiri mengenakan rok polkadot dan atasan bunga-bunga.
Semester tiga di fakultasku itu berarti kami mulai diharuskan membuat Kartu Rencana Studi (KRS) sendiri. Selama dua semester pertama, kami masih dipaketkan seperti anak sekolah. Teman kami pun selama dua semester nyaris sama terus. Hanya saja kelasnya tidak sebanyak sekolah. Dalam satu semester biasanya kami hanya diberi 5-7 mata kuliah. Tapi bukan berarti tugasnya jadi lebih sedikit. Kebalikannya, tugasnya nyaris membuat kami semua ingin melambaikan tangan ke kamera. Padahal kalau dihitung-hitung, kuliah kami hanya menghabiskan empat bulan saja, dua bulan lebih pendek dari sekolah. Tapi sesudah UTS berakhir, kami selalu menghitung kira-kira masih berapa lama lagi semester akan berakhir.
Ya, ternyata memang benar seperti yang dikatakan orang-orang yang sudah lebih dulu kuliah. Dunia kuliah tidak seindah FTV, dik. Begitu kata mereka sambil ketawa. Biasanya kalau ada anak-anak SMA yang bilang, "Aduh gak sabar pengen ngerasain kuliah." Kami yang sudah kuliah malah menertawakan mereka dan bilang, "Belum tahu rasanya, sih."
Kosong. Semuanya kosong. Tak tersisa apapun di meja makan ketika dia datang. Padahal seharusnya dari awal mula semuanya sudah harus ada di sana dan tertara rapi.
Tapi dia tidak melihat apa-apa. Sungguh aneh!
Tadi malam aku bermimpi aneh. Aku dikejar-kejar oleh beberapa orang karena aku berpacaran dengan seseorang. Aku menaiki angkutan umum, namun ketika aku hendak membayar, si pengemudi melihat wajahku dan berseru, "Kau!" Begitu katanya dengan mata melotot lantaran terkejut. "Kau kan yang ada di mana-mana. Sini aku harus menangkapmu."
Tapi dia tidak melihat apa-apa. Sungguh aneh!
Tadi malam aku bermimpi aneh. Aku dikejar-kejar oleh beberapa orang karena aku berpacaran dengan seseorang. Aku menaiki angkutan umum, namun ketika aku hendak membayar, si pengemudi melihat wajahku dan berseru, "Kau!" Begitu katanya dengan mata melotot lantaran terkejut. "Kau kan yang ada di mana-mana. Sini aku harus menangkapmu."
Tapi begitu dia mengancamku begitu, aku berlari
secepat yang kubisa. Saat itu hujan deras tapi aku tidak memperdulikan diriku
yang akan langsung sakit karena kehujanan. Pokoknya aku berlari dan berlari
sampai aku merasa lelah dan aku memutuskan untuk berjalan.
Hujan masih turun deras dan tanah berubah jadi
berlumpur. Bajuku dan rambutku basah kuyup. Aku kehilangan tenaga. Aku tidak
habis pikir mengapa semua orang rasanya ingin menangkapku hanya karena aku
berpacaran dengan seseorang? Memangnya aku salah apa?
Sebelumnya aku sempat menggunakan blog berplatform Blogspot sebelum akhirnya memutuskan untuk menggunakan Wordpress karena kupikir template yang disediakan Wordpress lebih bagus. Setahun kemarin aku sempat menyerah untuk mencari template blog berplatform Blogspot yang minimalis. Aku sudah mencari ke sana ke mari tetapi semuanya tidak sesuai yang kuinginkan.
Namun karena aku terlalu sayang dengan semua postingan yang pernah aku buat di Blogspot, aku memutuskan untuk membuat blog ini menjadi private sehingga tidak semua orang bisa melihat blogku. Aku merasa masih memiliki harapan suatu hari kalau aku bisa membuat atau menemukan template yang minimalis seperti yang kuinginkan selama ini dan akhirnya keinginan itu terwujud! Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada keajaiban ini. Yah, memang benar seperti kutipan yang pernah kudengar berbunyi: