Waktu SMP kelas 7, salah satu temanku bertanya apakah aku suka novel berat. Dia mencontohkan novel-novel yang tebal seperti novel biografi, novel islami, dan lain-lain yang secara fisik bisa dikatakan juga tebal. Aku bingung menjawabnya gimana saat itu. Aku jawab, "Aku suka novel teenlit." tapi sebenarnya di otakku ada puluhan kata-kata yang ingin tersampaikan tapi aku tidak mengatakannya.
Hal ini malah membuat temanku memberikan respon seolah level membacaku rendah banget. Saat itu aku sudah paham kalau buku-buku yang disebutkan temanku itu bagus-bagus, sarat info, dan pengalaman hidup. Tapi entah mengapa kupikir aku tidak begitu menyukainya. Dan aku tidak menemukan kata-kata yang pas untuk diutarakan. Percakapan itu pun berlalu begitu saja dengan akhiran kesimpan level kesukaan membacaku padanya dan ganjalan di pikiranku.