DIKEJAR-KEJAR
Kosong. Semuanya kosong. Tak tersisa apapun di meja makan ketika dia datang. Padahal seharusnya dari awal mula semuanya sudah harus ada di sana dan tertara rapi.
Tapi dia tidak melihat apa-apa. Sungguh aneh!
Tadi malam aku bermimpi aneh. Aku dikejar-kejar oleh beberapa orang karena aku berpacaran dengan seseorang. Aku menaiki angkutan umum, namun ketika aku hendak membayar, si pengemudi melihat wajahku dan berseru, "Kau!" Begitu katanya dengan mata melotot lantaran terkejut. "Kau kan yang ada di mana-mana. Sini aku harus menangkapmu."
Tapi dia tidak melihat apa-apa. Sungguh aneh!
Tadi malam aku bermimpi aneh. Aku dikejar-kejar oleh beberapa orang karena aku berpacaran dengan seseorang. Aku menaiki angkutan umum, namun ketika aku hendak membayar, si pengemudi melihat wajahku dan berseru, "Kau!" Begitu katanya dengan mata melotot lantaran terkejut. "Kau kan yang ada di mana-mana. Sini aku harus menangkapmu."
Tapi begitu dia mengancamku begitu, aku berlari
secepat yang kubisa. Saat itu hujan deras tapi aku tidak memperdulikan diriku
yang akan langsung sakit karena kehujanan. Pokoknya aku berlari dan berlari
sampai aku merasa lelah dan aku memutuskan untuk berjalan.
Hujan masih turun deras dan tanah berubah jadi
berlumpur. Bajuku dan rambutku basah kuyup. Aku kehilangan tenaga. Aku tidak
habis pikir mengapa semua orang rasanya ingin menangkapku hanya karena aku
berpacaran dengan seseorang? Memangnya aku salah apa?
Sebuah motor laki-laki tiba-tiba berhenti di
sampingku. Tanpa berkata apa-apa aku tahu siapa yang datang. Apabila dulu
seorang putri dijemput dengan kuda putih oleh pangerannya, maka sekarang sebuah
motor semacam ninja yang menjemputku.
Aku segera naik ke bangku penumpang dan motor melaju
cepat membelah hujan. Angin dan air hujan menampar pipiku dengan sangat keras.
Kugenggam tubuh si pengemudi seolah-olah sesuatu dapat dengan mudah menarikku
darinya.
Kami melaju sangat cepat. Aku melihat angkutan yang
tadi kunaiki masih berhenti di tempat dan dikelilingi beberapa orang yang
sepertinya mendengar cerita tentang menemukanku. Saat motor kami melewati
mereka, bapak angkutan umum itu berseru lantang, "Hei itu, gadis yang
berjaket kuning adalah gadis yang dicari-cari."
Seorang pria yang duduk di motornya berkata,
"Baiklah akan kukejar." Lalu menoleh ke seorang gadis berambut pendek
dan berkata, "Ayo kita kejar dia."
Aku melihat mereka dan sempat menangkap pembicaraan
mereka. Aku segera berbalik dan berkata pada pengemudiku, "Ke mana kita
akan pergi? Mereka mengejarku." Semakin kueratkan genggamanku pada
tubuhnya dan aku menempelkan pipiku ke punggungnya yang kuat. "Aku
takut."
Kami melaju semakin cepat tapi orang yang membuntuti
kami juga mengejar kami tidak kalah cepat. Kami menelusuri jalan kecil di
pinggir sungai hingga berujung di jalan raya. Kemudian kami berhenti.
"Mengapa kita berhenti?" Protesku.
"Mereka bisa mengejarku. Mereka akan membunuhku."
"Aku harus pergi." Si pengemudi tersebut
akhirnya berbicara setelah pertemuan kami.
"Apa? Mengapa? Kapan kau akan kembali? Tapi…kau
akan meninggalkanku kalau begitu?" adalah pertanyaan-pertanyaan yang
otomatis keluar dari mulutku. Tapi pengemudi itu hanya diam saja. Ia bergeming
sama sekali. Tatapannya tertuju pada motornya. Helmnya telah dilepas dari
kepalanya membuat rambutnya bermandikan tetesan air hujan yang masih saja turun
deras. Mengapa dia begitu pendiam seperti ini. Rasanya aneh. Tidak pernah aku
merasakan kebekuan sedingin ini saat bersamanya.
Kemudian pengejar itu datang. Si pengemudi
menghentikan motornya di depan motor pengemudiku. Si gadis segera turun dan
berdiri dalam posisi pukul 12. Dengan kayu di tangannya, kedua matanya melotot
tajam ke arahku. "Aku akan membunuhmu. Aku akan melemparkan kayu ini dan
mengenai lehermu. Kau akan langsung mati."
"Kau takkan bisa." Balasku yang masih
bergeming di tempat. Berlari pun tidak ada gunanya.
Gadis itu langsung melemparkan kayunya dan aku mampu
menangkisnya dengan mudah. Dia kaget karena aku mampu menghindar. Aku melihat
ada sungai di belakangku. Akan kulemparkan kayu ini ke sana. Tapi rupanya gadis
itu juga menyadari pikiranku. Dia segera berlari menghadangku agar tidak bisa
melemparkan kayu itu ke arah sungai.
Dan saat itulah ada suara yang mengagetkanku.
"Kak jadi sahur gak?"
Mimpiku berakhir. Sekonyong-konyong aku bangun dengan
kedua mata masih berkunang-kunang dan berjalan dengan setengah mata tertutup,
dan masih meninggalkan setengah jiwaku di alam mimpi.
22 Agustus
2016, 9:02 pm
0 comments