BARANG YANG WAJIB DIMILIKI ANAK KOS: RICE COOKER!

by - May 19, 2020

Sumber: Anime kitchen Wallpapers

Hai! So much to say to express my happy feeling gara-gara beli rice cooker baru, aku mutusin share di blog aja deh. Biar lega. Hahaha. Sama biar ada isinya juga ini blog.

Ngomong-ngomong entah sejak postingan pengalaman rekrutmenku atau postingan cara ngatasin jerawat, viewers blog ini naik. I like it, though. Senang akhirnya gak sepi-sepi amat ini blog walau mendadak muncul rasa agak malu dilihat banyak orang. Terlepas dari konten yang aku bagikan, tujuannya gak lain dan gak bukan adalah untuk berbagi aja. Seperti kata David GadgetIn di video Youtube tentang eksperimen dia unfollow semua user di Instagram, dia menyimpulkan sebenernya bukan Instagram yang salah. Selain yang kata banyak orang karena penggunanya aja yang gak bisa kontrol waktu dan pikiran,  David nemuin fakta lain dari hasil eksperimennya yaitu manusia pada dasarnya suka berbagi hal, bisa pengalaman, informasi, dan lain-lain. Mungkin gak harus ke banyak orang, kadang satu orang aja udah cukup.

Balik lagi ke bahasan rice cooker, sebenarnya aku pengin punya rice cooker sejak kos di Jakarta. Dulu waktu kuliah, sejak aku mengenal kehidupan kos pertama kali, aku udah dibekali rice cooker dan seluruh piranti memasak lainnya--seperti teflon yang omong-omong masuk ukuran besar, panci untuk masak air, teko listrik, spatula, telenan, pisau, garam, dan minyak--dari rumah. Udah siap banget kalau sewaktu-waktu mau masak. Tahunya semua barang itu gak pernah tersentuh sampai aku lulus. Aku gak pernah masak selama kuliah. Pernah, deng, sekali masak nasi goreng, dan itu gagal.  :) Gagal di sini dalam artian nasinya terlalu keras, terus rasanya kurang sedap aja. Kayaknya ada faktor aku grogi masak buat anak-anak kos.

Baca juga: TIPS PERSIAPAN DAN BERTAHAN HIDUP DI KOS 

Tapi setelah aku melihat gimana waktu yang kuhabiskan buat kerja sehari-hari, rasanya masak nasi di rice cooker bakal jarang aku lakukan karena setiap pagi aku biasanya makan roti aja, lalu aku pulang minimal sampai kos jam 7 malam. Andaikata aku masak nasi di pagi hari lalu aku tinggal kerja sampai malam, aku mikir ada tiga kemungkinan: nasi aku jadi kering banget karena aku masak nasi relatif sedikit, tarif listrik melunjak, atau aku bisa pilih opsi cabut kabel sebelum berangkat kerja dan terima nasib nasi bau gak sedap waktu sampai kos.

Another reason kenapa aku gak beli rice cooker dari dulu adalah karena bawaanku bakal banyak banget kalau aku mutusin pindah kos. Ya, rencananya aku masih akan pindah kos sekali lagi ke lokasi yang lebih dekat dengan kantor. 

Itulah kenapa sampai nyaris delapan bulan di Jakarta, aku gak beli rice cooker sampai Minggu lalu aku berubah pikiran. Namun, berhubung bawaan barang-barangku juga sekarang udah lumayan banyak, ibaratnya udah basah kena air, akhirnya aku mutusin nyemplung aja deh sekalian.

Sebelum bulan puasa, Mama juga sebenarnya udah menganjurkan untuk beli rice cooker, tapi saat itu pikiranku belum goyah. Namun sejak bulan puasa ditambah adanya pandemi corona begini, warteg yang biasa aku kunjungi tutup, beli makanan online juga rasanya bakal boros, dan ngeliat orang-orang pada masak-masak selama pandemi, bikin tanganku gatal pengin masak juga. Selain latah lihat orang-orang pada masak, pribadiku pun rasanya udah kangen masak, walau gak pandai-pandai amat yah. Bosan juga sehari-hari beli makanan online. Plus mau berhemat juga. Tambahan lagi, aku biasa beli 2 porsi makanan untuk buka puasa dan sahur. Waktu sahur ini yang agak gak enak karena nasi udah berubah dingin. Asem lagi pas waktu itu aku beli sayur di warteg (waktu masih buka) dan pas aku mau makan sahur, udah bau gak enak. Sedihnya. Aku menerka sayurnya udah dimasak dari pagi. Gak mungkin kalau baru dimasak jam sorean tapi sahur udah basi, soalnya waktu kuliah dan zaman bulan puasa, aku selalu nerapin beli lauk untuk 2 kali makan, tapi waktu kumakan pas sahur, gak pernah ada kata basi tuh.

So, yeah, anyway, I know it's a bit too late, tapi gak ada yang benar-benar terlambat untuk menabung, menyimpan uang, dan memutuskan cara lain untuk makan dan masak.

Aku sempat kepikiran mau beli panci listrik, tapi ngeliat review yang katanya boros listrik, akhirnya urung juga itu niat. Mau beli kompor portable, Mama langsung bilang, "Udah beli rice cooker aja." Ah, lupa mau bilang, kosan aku gak ada dapurnya. Waktu aku cerita ini ke salah satu temanku, respon dia adalah, "Teganya! Rasanya kurang manusiawi sebuah kosan gak punya dapur."

Alasan lain kenapa aku gak beli rice cooker adalah karena di laci kamar kosku, terdapat kertas yang dilaminating tertera tulisan cetak yang salah satunya berisi larangan untuk memasak. Kubela-belain dan tahan untuk gak mutusin beli rice cooker atau--sebelumnya kompor portable--karena aku coba sticked to the rule, eh, suatu hari aku mendapati salah satu penghuni kamar menenteng sayur-sayuran. Gak cuma itu, aku sempat curiga ada orang masak ikan lantaran waktu aku keluar kamar, satu lorong itu beraroma ikan yang lagi dimasak! Benar-benar....

Waktu aku cerita ini ke Mama, Mama meyakinkanku kalau gak apa-apa beli rice cooker sambil bilang, "Mungkin larangan masak itu biar gak ada kebakaran. Tapi itu kalau pakai kompor. Kalau pakai rice cooker tingkat kesalahan fatal kayaknya jauh lebih kecil, kak." Karena aku mencoba jadi anak yang nurut pada orangtua, akhirnya kumantapkan untuk beli rice cooker. 

Sekarang, dengan adanya rice cooker, aku sudah berfantasi memasak aneka masakan seperti Japanese chicken curry, atau menu sayuran simpel seperti sayur sop. Ya ampun gak nyangka aku mau meribetkan diri begini. Dulu waktu kuliah, alasan aku gak pernah masak adalah karena mager aja. Plus tiap akhir minggu aku selalu balik ke rumah, jadi ajang memasak selalu bisa kulakukan di rumah, dengan dapur yang lebih bersih, peralatan lengkap, dan tempat yang lapang. Sekarang malah dengan piranti memasakku yang sangat terbatas, dengan tekad yang menggebu-gebu, rasanya aku gak masalah meribetkan diri untuk memuaskan rasa kangen masak. ^^

You May Also Like

0 comments