AOZORA NO FAN

by - June 05, 2015



Jujur saja, kalau mereka menganggapku sebagai penggemar fanatiknya band Aozora, jelas mereka salah besar. Aku tidak merasa kalau aku adalah penggemar fanatiknya. Aku tidak menganggap mematai-matai Ame sang pianis dari tong sampah depan rumahnya sebagai hal yang keterlaluan. Menunggu kedatangan mereka di bandara dari dua hari sebelumnya juga tidak bisa dianggap berlebihan, hingga menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalanku untuk selalu dekat dengan Aozora. Itu semua adalah hal yang biasa buatku. 

Tapi tidak ada yang memercayai kata-kataku. Daripada aku berteriak tidak jelas membela pemikiranku dan menghabiskan energiku untuk memberikan penjelasan kepada mereka, aku akan membungkam mulut mereka dengan caraku sendiri saja. Akan kutunjukkan kalau cintaku pada Aozora itu murni dan aku tidak suka dengan istilah penggemar fanatik. Pokoknya aku bukan penggemar fanatiknya. Aku selalu merasa kalau aku dilahirkan untuk selalu menjaga Aozora. Sejak pertama kali aku menemukan Aozora, aku langsung mengerti ke mana jalan hidup akan membawaku. 

Kalian harus mendengar ceritaku saat aku berusaha mengamankan toilet karena Niji sang vokalis sedang berada di dalamnya. Untungnya toilet sedang dalam keadaan sepi dan tidak ada orang, Niji tidak perlu khawatir akan orang yang berniat membunuhnya. Namun tugasku sebagai orang yang akan selalu menjaga Aozora benar-benar dipertaruhkan di sini. Rasanya benar-benar mendebarkan sampai aku takut Niji mampu mendengar degupan jantungku yang sepertinya bisa melampaui permainan drum Boufuu sang drummer Aozora. Tapi dalam keadaan seperti itu aku tidak boleh terlihat lembek. Dengan berdiri gagah dan kedua tangan bersedekap di dada, aku menjadi penjaga pintu yang tangguh bagi Niji. Oh, Niji pasti sangat senang sekali memiliki penggemar sekaligus penjaga seperti aku.

Saat aku melihat sedikit saja gelagat aneh di sekitar toilet, aku akan mengarahkan pandanganku ke arah itu dengan cermat. “Hei, mau sampai berapa lama kau menahan kami di depan toilet? Kami sudah kebelet, nih.”

“Tidak akan kubiarkan kalian masuk.” Kataku tegas. “Sampai Niji keluar.”

“Cih, memangnya kamu siapa?” Tantang seseorang yang berjalan mendekat ke arahku. “Kamu, kan, bukan bodyguard-nya si personel Aozora itu. Jangan sok berlagak, deh.”

Dan saat itu pula terdengar suara hunusan pisau. Detik kemudian darah mengucur dengan deras dari leher yang telah terbelah dengan kepala orang yang sudah berani menantangku dan meremehkan harga diriku.

“Aku tidak suka disebut bodyguard.” Kataku dingin. “Karena aku bukan bodyguard yang dibayar untuk menjaga Niji ataupun Aozora. Aku adalah penjaga Aozora—“

“Sama saja, tahu!” Ada sebuah suara yang menyahut entah dari mana.”Bodyguard, kan, bahasa inggrisnya dari penjaga.”

“Beda!” Suaraku meninggi sedikit namun tetap dingin. Aku harus menjaga suaraku sedingin mungkin untuk mempertahankan image menakutkan ini. “Aku melakukannya dengan sepenuh hati. Dan aku....”

Aku berhenti sejenak untuk memberi kesan penegasan di setiap kata-kataku ini. “Aku bukan penggemar fanatiknya.”

****
5 Juni 2015 7:25 PM










You May Also Like

0 comments