2022 Reading Journey
Sejak nyemplung ke dunia literasi tahun 2021, aku mencoba untuk sedikit serius mendalaminya. Aku mengikuti beberapa book-influencers sampai ikut keracunan buku-buku dari mereka.
Pengalaman membacaku sebenarnya sudah dimulai sejak kira-kira masih SD. Mamaku yang mengenalkannya padaku. Awalnya aku baca novel-novel Enid Blyton. Dilanjut novel teenlit. Hingga suatu hari saat aku kelas 8, adikku memberi kado ulang tahun. Aku masih ingat bagaimana proses adikku memilih kado tersebut. Dia bercerita ingin memberikan novel yang bagus, dalam artian tidak membahas tentang cinta-cintaan. Pilihan akhirnya jatuh kepada novel Obsesi karya Lexie Xu. Itu adalah novel teenlit yang beraliran thriller. Bisa dibilang sejak itu aku mulai suka novel-novel beraliran thriller. Bahkan hingga hari ini.
Sejak kuliah aku tidak banyak membaca. Pengalaman membaca saat awal kerja pun tidak bisa dibilang gemilang. Aku baru melirik dunia literasi ini di tahun 2021. Sedikit penyesalan mengapa tidak kumulai sejak 2020, kala pandemi menyerang. Jelas aku memiliki lebih banyak waktu saat itu.
Namun aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri. Tidak ada kata terlambat. Yang perlu kulakukan sekarang adalah tetap fokus dengan tujuanku: membaca buku sebanyak-banyaknya.
Singkat kata, aku mengikuti beberapa book-influencers yang sesuai preferensiku. Salah satunya Kak Hestia. Kak Hestia rutin menulis reading log ke dalam Excel. Template reading log tersebut dia bagikan di akun media sosialnya. Tahun 2021 aku sempat berusaha mencatat aktivitas membacaku ke dalam template itu, tapi kurasa aku kurang telaten sehingga log tersebut tidak pernah kelar hingga pergantian tahun.
Di tahun 2022 dengan semangat yang harusnya diperbarui, aku sempat mencatat aktivitas membacaku di Excel tersebut, tapi di tengah jalan mandek karena aku terlalu malas buka laptop pribadiku. Baru kemarin akhirnya aku memutuskan untuk mengarsipkan log bacaanku sepanjang 2022 dan hasilnya sungguh melelahkan karena ada 172 buku yang harus kuarsip. Namun karena kerjaan sedang longgar, proses arsip tersebut dapat selesai dalam waktu kurang lebih 1,5 hari.
Oh, ya, untuk yang penasaran menggunakan media apa buku digital yang kubaca, aku menggunakan perangkat Onyx Boox. Onyx Boox ini jadi salah satu barang yang termasuk best buy 2021. Rekanya aku ingin membaca banyak buku digital demi mengurangi penggunakan kertas, menghemat pengeluaran karena harga buku digital di Playbook kebanyakan hampir selalu diskon 20K IDR, serta aku merasa cukup dengan langganan Gramedia Digital bulanan, tapi tak bisa kupungkiri terkadang aku rindu menyentuh buku dan menghidu aroma kertas. Pada akhirnya, buku fisik yang kubeli tidak bisa dibilang sedikit juga.
Baca juga: Pengalaman Baca Onyx Boox.
Aku menetapkan target di tahun 2022 ini ingin membaca setidaknya 24 buku non fiksi, yang dibagi menjadi: 2 buku per bulan. 24 buku atau berapa pun mungkin terlihat horror bagi sebagian orang yang kurang menyukai suatu bahasan topik tertentu. Maka dari itu, penting untuk membagi-bagi menjadi target lebih kecil, seperti per bulan akankah menargetkan untuk membaca satu buku, jika target tahunannya adalah 12 buku.
Baca juga: Tips Merealisasikan Target Membaca Tahunan
Dengan mendata reading log, aku menjadi lebih mengenal preferensi membacaku. Ternyata aku suka buku thriller. Ternyata aku cukup banyak membaca buku self improvement dan akhirnya mencentang resolusi bacaan tahun 2022. Ternyata aliran romansa kurang cocok karena kebanyakan dari novel romansa yang kubaca, aku hanya memberi rating 2-3 bintang. Beberapa 4 bintang dan hanya satu buku yang mendapat 5 bintang. Buku yang mendapat nilai sempurna itu adalah novel karya Colleen Hoover berjudul It Ends with Us.
Aku merasa jadi banyak bisa mengamati kebiasaan membacaku. Apa yang kusuka. Apa yang kurang kusuka. Dan apa tepatnya yang kurasa ingin kutingkatkan.
Ini jadi mengarah ke resolusi tahun 2023-ku kelak. Pelan-pelan aku makin yakin kalau aku sangat ingin meningkatkan aliran buku yang bersifat pengetahuan, seperti contohnya buku Mengapa Kita Tidur. Cepat atau lambat, aku akan membeli buku itu. Melihat bahasa pengantar yang sering kubaca adalah Bahasa Indonesia, benakku tergelitik untuk berusaha membaca lebih banyak buku berbahasa Inggris agar mengasah kepekaan, wawasan, serta kemahiran membaca.
Aku mengamati kemerosotan jumlah bacaan yang kubaca bulanan sejak kebijakan work from office diberlakukan kembali. Januari-Juni, rata-rata buku yang kubaca adalah 20 buku, sedangkan Juli-Desember rata-ratanya menurun drastis menjadi 8 buku saja. Aku menetapkan target membaca 50 buku di Goodreads untuk tahun 2022 ini. Hasilnya melampaui batas karena aku mencoba menerapkan mindset going extra miles. Namun di tahun 2023 aku tidak akan terlalu muluk-muluk. Aku akan menetapkan target membaca 30-50 buku dalam setahun.
Semoga resolusi dan rencana target tahun 2023 ini dapat berjalan dengan lancar.
Salam Literasi.
0 comments