PENGALAMAN BELA NEGARA DI RUMPIN BOGOR

by - February 09, 2020

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika

Halo, hai! Udah lama sekali sejak pos terakhir akhirnya aku bisa menyempatkan untuk menulis lagi. Mumpung masih fresh juga, nih, aku mau cerita soal pengalaman yang baru saja aku alami awal minggu ini--tepatnya tanggal 3-6 Februari 2020 kemarin. Pengalaman apa itu? Yep, gak salah lagi, pengalaman bela negara yang diadakan di Rumpin, Bogor. Bela Negara ini jadi salah satu materi di program pelatihan ODP yang harus diikuti. 

Perhatian, pos ini akan panjang sekali karena aku mencoba menulis semua pengalaman sedetail yang kuingat. Tapi aku akan tetap menebalkan beberapa kalimat sebagai highlight atau poin-poin penting. 

Sebelum beranjak ke sharing pengalaman bela negara, sebelum bosan membaca postingan ini, aku akan menjelaskan apa itu bela negara dan apa saja yang akan didapatkan selama kegiatan bela negara. Untuk informasi lebih jelas kalian bisa mengunjungi website dengan klik di sini.  

Mengutip dari perkataaan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementrian Pertahanan Mayor Jenderal Hartind Asrin, bela negara oleh Kemhan tidak ada kesamaptaan atau gojlokan fisik. Bela negara lebih fokus ke doktrinasi otak dan jiwa untuk mencintai tanah air dan bangsa. Banyak kegiatan yang dilakukan di dalam kelas. Kalau pun ada kegiatan di luar kelas, itu hanya praktek PBB dan outbound! Untuk lebih lengkapnya bisa klik di sini. Dari situlah aku merasa lebih tenang kalau kegiatan bela negara pasti menyenangkan!

Lantas materi apa saja yang diajarkan?
1. Pengantar Bela Negara
2. Wawasan Kebangsaan
3. Nilai-Nilai Bela Negara
4. Bahaya Narkoba dan Penanggulangannya
5. Bahaya Terorisme dan Radikalisme serta Penanggulannya
6. Kewaspadaan Dini

Semua materi tersebut diajarkan di kelas, pembicara gak tanggung-tanggung--semuanya tentara dengan pangkat kolonel! Setiap materi diajarkan selama 1,5 jam.




Titik kumpul awal bela negara berada di LPPI. Aku dan beberapa teman seangkatan dari tim anak kos Tanah Abang pesan Grab car untuk mencapai LPPI. Pukul setengah 8, dua pelatih kami dari TNI masuk kelas. Di dalam ruang kelas sendiri telah berjejer rapi tas-tas ransel hitam dengan tempelan nama kami depannya. Di dalam ransel telah berisi satu pasang pakaian PDL berwarna biru, sepasang sepatu PDL, topi rimba, kopel, botol minum (yang disampirkan di kopel, 5 benda ini jadi dipakai sebagai satu kesatuan outfit harian PDL selama 4 hari), satu pasang baju training olahraga, sepasang sepatu  olahraga dengan model seperti merk Vans, topi baseball cap (yang digunakan sebagai satu kesatuan outfit olahraga), dan dua kaos berwarna abu-abu yang bisa digunakan sebagai dalaman. Setelah perkenalan sebentar, kami lantas berganti pakaian seragam PDL bela negara dan memindahkan barang-barang dari tas bawaan kami ke dalam tas hitam khusus bela negara. Kami juga diberi buku materi selama bela negara.

Tips: Untuk kalian para cewek, masih bisa sekali kalau mau bawa lipbalm atau lipstik di kantong  seragam PDL kalian. Kantongnya berukuran besar dan gak akan terasa dan terlihat sama sekali kalau sedang mengantongi sesuatu.

Setelah itu, kami dibagi ke dalam 2 kelompok pleton. Tiap pleton nantinya dapat jatah 1 bis. Sebelum berangkat meninggalkan LPPI, kami makan siang, sholat, dan menitipkan tas bawaan kami terlebih dahulu. Kami juga harus meninggalkan ponsel. Setiap ponsel ditaruh di plastik dengan kertas yang ditulis nama kami. Ponsel dikumpulkan di dalam kotak kardus yang terus disegel menggunakan lakban. Perjalanan sendiri memakan waktu sekitar 2 jam. 

Kami tiba di Rumpin sekitar pukul 3 sore. Tapi kami gak langsung serta merta diturunkan di kompleks Bela Negara, melainkan di sebuah lapangan sepak bola. Jangan bayangkan lapangan sepak bola yang bagus dan layak. Lapangan ini adalah lapangan sederhana yang biasa ditemukan di pedesaan. Lapangan yang ditumbuhi rumput-rumput pendek yang beberapa bagian bahkan gak ditumbuhi rumput sehingga beberapa bagian becek (karena habis hujan). Telah menunggu kelompok dari Bank BRI yang juga sama-sama mengikuti kegiatan bela negara. Kami semua dibariskan di lapangan selama sekitar 10 menit. Kata pelatih, kami akan harus jalan sejauh 5 km menuju kompleks Bela Negara. Mental kami memang sengaja langsung dibuat jatuh. Sebelum jalan, kami harus melakukan penyamaran siang hari. Penyamaran siang hari hanya memoles sebagian wajah dengan pewarna hitam dan hijau. Pewarna seharusnya terbuat dari arang tapi karena kami bukan anggota militer, kami diberi pewarna dari kosmetik merk Viva. 

Sejujurnya, sejak awal kami melihat pelatih kami masuk kelas, aku sudah merasa kalau bela negara itu gak seburuk dugaanku. Kenapa? Karena mereka sangat ramah dan baik. Mereka gak menunjukkan kesan galak dan tegas sama sekali. Mereka banyak melontarkan candaan. Jadi tentunya bela negara gak sekeras Samapta atau kegiatan militer lainnya yang berat. Kesan-kesan itu pun gak berubah seiring berjalannya waktu bela negara selama empat hari ini. 

Tapi aku sebenarnya sempat berubah pendapat waktu kami diharuskan jalan sejauh 5 km menuju kompleks Bela Negara melewati kebun karet yang licin, becek, dan penuh dengan rumput-rumput. Uh! Setelah berjalan sekian lama, kami berhenti di sebuah lapangan lagi. Kami diberi waktu untuk minum dari botol mineral yang sudah diberikan sebelum kami mulai jalan di lapangan pertama. Namun setelah kami cukup istirahat, alih-alih melanjutkan perjalanan, kami malah disuruh push-up sebanyak sepuluh kali. Oke, ini mungkin gak ada apa-apanya dibandingkan Samapta. Setelah push-up, kami diberi tahu jika perjalanan kami masih baru setengahnya saja. Itu artinya perjalanan masih jauh! 

Kami akhirnya melanjutkan perjalanan dan beberapa saat kemudian kami disuruh berhenti berjalan  di bawah jalanan terjal dan diharuskan berjongkok. Firasatku mengatakan kalau kami akan berjalan jongkok. Ternyata betul begitu, saudara-saudaraku. Kami harus jalan jongkok sembari jalanan menanjak. Namun baru beberapa langkah aku sudah gak kuat. Pelan-pelan jalan jongkok jadi jalan biasa yang membungkukkan punggung saja hingga akhirnya kami semua disuruh berhenti. Kami akhirnya diperbolehkan jalan biasa lagi. Tuh, kan, lihat. Bela negara ini masih level rendah sekali untuk tingkat kekerasannya. 

Lalu tahu gak, ternyata di puncak tanjakan jalan, di kiri jalan tertera tulisan BELA NEGARA. Kami sudah dibohongi. Ternyata jarak dari lapangan kedua dan kompleks bela negara itu dekat sekali. Paling hanya 500 meter. Begitu kami turun dari bis, kami pergi sholat di masjid. Setelah itu, kami melakukan upacara penurunan bendera. 

Rundown acara kemudian dilanjutkan ke makan malam. Oh, ya, di gedung makan itu kami baru tahu, selain kami, ada kader PNS yang juga mengikuti bela negara sejak Minggu hingga Sabtu. Lama juga, ya. Lebih lama dari kami. Ada hal baru yang aku dapatkan dalam tradisi makan malam tentara. Ruang makan kami berada di gedung Merah Putih. Gedung ini punya beberapa meja panjang yang langsung mengingatkanku dengan ruang makan di film Harry Potter  pertama dengan kearifan lokal. Sebelum duduk, kami harus menunggu aba-aba dari siswa yang sedang piket hari itu. Begitu duduk, kami juga harus menunggu aba-aba untuk melepas topi. Setelah melepas topi, kami harus teriak, "Bela negara!" Lonceng pertama yang diketuk sekali kemudian akan digaungkan yang menandakan berdoa dimulai. Lonceng kedua kemudian dibunyikan lagi yang berarti berdoa selesai. Lonceng ketiga yang diketuk dua kali kemudian akan segera didengar yang menandakan waktunya makan. Kami pun harus berteriak, "Selamat makan!" Nah, yang sama dari pengalaman Samapta seseorang di Lembang Bandung, kebiasaan makan di tempat makan itu gak boleh menundukkan kepala ketika makan. Kepala harus tetap tegak, hanya sendok yang boleh menghampiri mulut. (Peraturan seperti ini sebenarnya sama seperti tata cara fine dining yang kudapat saat mengikuti pelajaran table manner di Hotel Bintang 5 Mulia Senayan Jakarta awal Desember 2019 lalu. Pengalaman ini mungkin akan kutulis di lain waktu). Sampai-sampai, tutup gelas plastik harus kami letakkan di atas kepala kami. Kalau sampai tutup gelas itu jatuh, siapa pun itu harus segera push-up tiga kali. Tidak boleh ada suara apa pun dari gesekan sendok dan piring atau kami harus menggigit sendok atau mengangkat meja. Tapi peraturan ketat ini nyatanya cuma berlaku di makan malam ini saja. Makan-makan selanjutnya kami gak disuruh meletakkan tutup gelas di atas kepala. Ketika ada suara kelontengan dari sendok dan piring, kami hanya dibentak tidak boleh bersuara. Itu pun kalau boleh bilang, bentakan yang tiada artinya. Tetap saja suara kelontengan tetap ada dan hukuman tidak pernah benar-benar dilaksanakan. Lagipula selama proses makan, para pelatih juga bilang dengan ramah, "Ayo, dimakan semua biar kenyang. Buahnya dimakan. Sayur dimakan." Benar-benar seramah itu.




Kalau ada yang berbicara keras dan membentak, aduh, rasanya itu hanyalah formalitas dan akting.

Makanan yang disediakan selama bela negara harus kuakui enak-enak semua. Bukan makanan mewah, ali-alih makanan rumahan. Ada sayur tumis, baceman tahu dan tempe, daging teriyaki, ayam, nasi uduk, udang, bahkan buah. Lengkap dari segi protein dan serat. Bahkan aku merasa makanan selama bela negara bisa mengobati rasa kangenku terhadap makanan rumahan yang biasa mama buat. Semua makanan yang kumakan benar-benar mengingatkan makanan di rumah, makanan yang biasa aku makan di rumah. Makanan yang gak pernah aku makan selama aku di Jakarta. Aku harus meng-highlight sayur tumisannya. I almost cried in tears. They all reminded me of home so much.

Tips: Kantogi antiseptic atau hand sanitizer di kantor seragam PDL kalian. Soalnya waktu makan gak dikasih waktu untuk cuci tangan. Ada baiknya dibawa biar gak kena diare (kayak aku yang sakit diare sehabis pulang dari bela negara. Ini masih mending. Ada satu teman yang langsung kena diare selama bela negara. Kasihan sekali harus bolak balik ke kamar mandi).

Setelah makan malam, kami sholat dan dilanjut pergi ke kelas untuk mengerjalan pre-test materi bela negara. Di dalam kelas kami, telah tersedia map yang berisi buku panduan bela negara lengkap dengan rundown acara, notebook, pena, dan kertas lirik bela negara. Selain itu kami diajari Mars Bela Negara yang harus mulai kami hapalkan. Acara selesai pukul 9 malam dan kami diperbolehkan pergi ke barak. 

Lagu ini lama-lama terngiang-ngiang di pikiran kami sampai balik ke kelas pelatihan. Nyaris semua anak kudengar diam-diam atau tiba-tiba bersenandung lagu ini. Hahaha. 

Kalau tidak salah ingat, sore hari kami sempat mampir ke barak untuk meletakkan tas kami. Gedung barak tentunya dibedakan antara cewek dan cowok. Gedung barak cewek terdiri dari 2 lantai. Grup Bank Mandiri, Bank BRI, dan PNS menempati lantai 1. Tiap ruang barak terdiri dari 20 tempat tidur.  Ruang barak nyaman sekali. Ada beberapa AC. Tempat tidur diatur berjejer memanjang. Persis seperti di asrama yang biasa kita lihat di TV. Di depan tempat tidur, ada jemuran baju seperti gambar di bawah ini, dan di depannya lagi ada lemari. Jadi, setiap orang memiliki jatah 1 kasur, 1 jemuran, dan 1 lemari. Di ujung ruangan yang sejajar dengan pintu masuk barak, ada pintu menuju kamar mandi. Kamar mandinya sendiri memiliki cukup banyak bilik berpintu. Ada bilik yang khusus toilet jongkok saja, khusus shower untuk mandi saja, bahkan aku menemukan ada satu bilik yang lengkap ada toilet dan shower. Selain itu ada beberapa wastafel, ada tempat khusus wudhu, dan space untuk meletakkan jemuran pakaian yang tadi diletakkan di depan tempat tidur. 


Kami sempat dijelaskan oleh salah seorang pelatih peraturan di barak. Apa saja itu? Tempat tidur harus dalam keadaan rapi ketika ditinggalkan. Tidak boleh kusut. Sisi seprai harus rapi dimasukkan ke bawah kasur. Posisi selimut juga harus rapi. Logo bela negara harus tepat di tengah-tengah kasur. Peletakkan baju-baju di lemari juga diatur. Tapi tentunya aku agak masa bodoh untuk itu. Tetap rapi, tapi gak mengikuti protokol yang diharuskan. Letak kopel, topi rimba, dan topi baseaball cap juga diatur rapi berjajar di atas lemari. Letak sepatu PDL, sepatu olahraga, dan sandal juga harus rapi berjajar di bawah lemari. 

Proses bersih-bersih, mandi, dan pakai skincare malam menghabiskan waktu kira-kira 1 jam. Aku ingat aku sudah siap pergi tidur pukul 10 malam. Aku pakai jam tanganku. Sebenarnya aku agak sedikit gak yakin apakah aku bisa bangun tepat waktu esok hari, mengingat gak ada alarm sama sekali. Gak ada satu pun anak cewek di barak yang pakai jam digital saat itu. Harusnya ada satu anak, tapi dia bilang jam digitalnya lagi rusak, jadi gak dibawa. Akhirnya aku hanya berpatokan keyakinan saja. Sebenarnya ada tips yang kuingat semasa SMA. Seorang guru Seni bercerita padaku jika kita sebenarnya bisa bangun tidur tanpa alarm dengan hanya bermodal fokus. Fokus pikiran kalau kita harus dan akan bangun pukul sekian. Sehingga itulah yang aku terapkan. Hanya itu yang bisa kuterapkan. 

And I think it kinda worked. Aku bisa bangun tepat pukul sekian.

Tips: Siapkan baju yang akan dipakai keesokan harinya dari malam hari untuk menghemat waktu. Untuk malam terakhir pun, masukkan semua baju dan peralatan yang sudah tidak begitu digunakan ke dalam tas. Biar besok paginya tidak menghabiskan waktu banyak untuk beberes lagi. :)

Another tips: Jangan lupa bawa obat-obatan yang dirasa dibutuhkan. Kalau sedang flu, silakan bawa obat flu. Obat diare, obat maag (kalau punya maag), bahkan obat asam lambung (siapa tahu stress karena bela negara, karena ini beneran terjadi ke salah satu temanku), counterpain atau koyo, obat pusing (bisa pakai asam mefenamat, karena dia gak cuma untuk pusing, tapi bisa untuk nyeri seperti nyeri karena mens), tolak angin atau antangin, dan gak lupa adalah fatigon (aku selalu minum ini sebelum tidur selama bela negara, bikin aku gak merasa terlalu capek waktu bangun tidur). 

Sejujurnya malam pertama gak kulewati dengan begitu baik. Aku bolak-balik terbangun dari tidur. Dari yang awalnya pukul 2 malam. Pukul setengah tiga malam. Hingga akhirnya pukul 3 pagi, aku putuskan bangun, cuci muka, dan gosok gigi. Pukul 4 kami sudah harus meninggalkan barak menggunakan pakaian olahraga untuk sholat shubuh dan dilanjutkan senam pagi. 

Setelah senam, kami kembali ke barak untuk berganti pakaian PDL. Rutinitas Hari Selasa tanggal 4 Februari 2020 dimulai dari upacara pengibaran bendera, sarapan pagi, kegiatan PBB, gladi bersih upacara pembukaan, upacara pembukaan, dan pelajaran di kelas dimulai dari sehabis sholat Dhuhur hingga pukul 9 malam. Jika waktunya makan siang dan malam tentunya kami akan berjalan berbaris sesuai pleton ke gedung Merah Putih. Setiap waktu sholat tentunya kami akan ke masjid. 

Malam kedua kulewati dengan lebih baik. Aku kembali pergi tidur pukul 10 tepat. Aku mengambil tidur dengan posisi paling santai. Kali ini, aku bahkan bisa bermimpi dan bangun tepat sepuluh menit sebelum pukul setengah 4 tanpa harus bolak-balik terbangun di tengah tidur. Aku menyugesti otak untuk bangun pukul setengah 4, kalau bisa kurang 10 menit dari setengah 4. Ini benar-benar bisa bekerja dan diterapkan buat kalian yang kepepet harus bangun tanpa alarm. Aku jadi alarm buat anak-anak sebarak. Haha. :D

Hari ketiga Rabu tanggal 5 Februari 2020 akhirnya datang. Hari terakhir bela negara. Sebenarnya aku sudah skeptis kalau hari itu akan sangat melelahkan. Well, yes it was. But I had a good time there. Pelajaran di kelas hanya setengah hari saja. Setelah Dhuhur sampai malam pukul setengah 12 seluruh kegiatan adalah kegiatan luar kelas. Saat itu I had no idea that it'd be so much fun! Hari Selasa aku sempat dipilih untuk membaca puisi di kegiatan ASBN. Apa itu ASBN? ASBN adalah Api Semangat Bela Negara. Apa saja yang dilakukan? Tunggu, kita belum sampai sana. 

Hari ketiga dimulai dengan sholat Subuh yang boleh dilakukan di barak. Inilah yang menyebabkan aku bisa bangun lebih siang daripada hari Selasa. Setelah sholat, kami pergi ke lapangan olahraga dan melakukan senam pagi. Setelah senam, kami kembali ke barak, berganti pakaian PDL, kembali ke lapangan untuk upacara pengibaran bendera, pergi sarapan, pergi ke kelas untuk mendapat 2 materi terakhir. Setelah itu sholat Dhuhur dan makan siang. Kemudian kami diberi waktu kembali ke barak untuk berganti pakaian training olahraga. Inilah awal mula kesenangan. Aku awalnya sudah berpikir mungkin inilah saatnya kami akan disiksa. Ternyata kegiatan yang akan kami lakukan adalah outbound! Aku nyaris berteriak dalam hati. Ada 12 pos di area outbound ini. Yang berarti sebenarnya ada 12 titik permainan outbound. Kelompok Bank BRI dan Bank Mandiri terbagi menjadi 6 kelompok. Tiap kelompok dipencar ke berbagai titik outbound. Namun untuk titik start, kami semua harus merangkak di bawah jaring. Nama permainan ini aku lupa, yang pasti seru sekali! 

Kelompokku selanjutnya pergi ke titik Naga Buta. Di titik ini kami harus melalui jalan yang tanpa menyenggol tiang-tiang kayu pendek berukuran sekitar 60 cm dengan mata tertutup. Hanya anggota paling akhir yang menjadi mata kami. Ibaratnya tiang-tiang kayu tersebut adalah bom yang bisa meledak kapan saja jika tersentuh. Kelompokku yang terdiri dari 12 orang dibagi jadi 2 kelompok kecil. Kami sempat diberi waktu untuk menyusun strategi. Dari hasil pengamatan sekilas, salah satu anggota kami berceletuk kalau tiang-tiang kayu itu sebenarnya disusun dengan pola tertentu berbentuk zig-zag. Ketika akhirnya kami melakukan permainan itu, kami sempat menjatuhkan 2 tiang, namun kami berhasil melalui rintangan permainan pertama kali dan keluar sebagai pemenang. Waktu yang kami habiskan adalah 7 menit, tepat seperti alokasi waktu yang diberikan pelatih. Karena sempat menjatuhkan 2 tiang, kami mendapat hukuman push-up sebanyak 10 kali. Not a big deal! 


Permainan kedua kami adalah jaring laba-laba. Lagi-lagi kelompokku dibagi menjadi 2 kelompok kecil. Seluruh anggota kelompok harus masuk ke dalam jaring laba-laba yang tersedia tanpa menyentuh tali yang telah dibentuk sedemikian rupa seperti jaring laba-laba. Anggota yang sudah pernah melalui sebuah lubang, gak diperbolehkan melewati lubang yang sama. Permainan ini cepat sekali kami selesaikan.


Kami lantas pergi ke permainan ketiga yang seru dan cukup menantang. Waktu awalnya kami diberi tahu penjaga titik kalau permainan ketiga adalah permainan menyusun puzzle, aku sudah menganggap permainan ini gampang sekali. Tapi waktu kami melihat cara bagaimana kami mengumpulkan puzzle, nyaliku seketika raib. Bagaimana gak? Susunan puzzle diletakkan sekitar nyaris satu meter jauhnya dari kami, dipisahkan tebing sedalam 2 meter. Di situ kelompokku lagi-lagi dibagi menjadi 2 tim. Timku yang pertama kali menemukan strategi pengambilan puzzle dan berhasil! Bagaimana caranya? Ekstrim, kalau mau tahu. Kalian harus menjatuhkan tubuh kalian dengan posisi menyamping. Satu tangan kalian harus meraih puzzle, sementara tangan satu kalian ditahan dan ditarik anggota kalian sendiri. Kuncinya adalah percaya kalau kalian gak akan jatuh, kalian akan dipegang dan ditarik oleh anggota tim kalian. Kaki kalian juga dipegang oleh salah satu orang. Jatuhkan saja tubuh kalian. Kalau berdasarkan pendapat anggota tim kami, hanya orang yang bisa berenang paham teori melemaskan tubuh ini. Ada satu anggota tim kami, seorang cowok dengan badan kekar dan bagus tapi takut ketinggian dan gak bisa berenang. Sampai permainan usai, dia gak berkontribusi ambil puzzle sama sekali. Hahaha, kocak. Setelah puzzle terkumpul, salah seorang dari kami harus menjelaskan nilai-nilai bela negara apa yang bisa didapatkan dari puzzle kami. Kelompok kami dapat gambar puzzle Jenderal Sudirman.


Titik outbound keempat yang kami datangi adalah jembatan tali satu, Di bawah jembatan ada kolam. Tinggi jembatan sekitar 3 meter dari kolam. Aku memberanikan diri menjadi orang nomor tiga yang menjajal permainan ini. Bukan maksud apa-apa selain untuk mengurangi rasa takut yang bisa terpupuk makin banyak kalau aku tunda-tunda terus. Kalau dibilang takut, tentu saja aku takut! Tapi pada akhirnya berhasil kulalui. Aku sempat kehabisan napas di sepertiga jalan akhir. Aku berhenti sejenak, mengatur napas, dan melanjutkan. Teman yang pertama sampai menyemangatiku kalau aku pasti bisa melalui permainan ini. Aku sempat dua kali terlempar-lempar ke belakang. Tapi aku sudah pakai pengaman. Jadi semua harusnya pasti aman.



Setelah giliranku, hujan turun. Permainan dan semua kegiatan outbound dihentikan. Sayang sekali. Masih ada permainan yang belum kami coba. 

Hujan ternyata turun semakin deras hingga malam. Kegiatan Caraka Malam yang harusnya diadakan pukul 8 sampai 10:30 malam ditiadakan. Padahal kegiatan itu adalah acara jurit malam di mana kita nantinya akan ditakut-takuti oleh para TNI yang memakai kostum dan dipoles layaknya hantu. Kegiatan akhirnya dilakukan di kelas dengan berlatih yel-yel kelompok Bank BRI dan kelompok Bank Mandiri masing-masing. Sementara itu, orang-orang yang dipilih sebagai pembaca doa, pengibar bendera, dan baca puisi dikumpulkan tersendiri di area ASBN. Aku termasuk salah satunya. Aku ikut berlatih baca puisi dengan partner teman cowok yang sudah dipilih. Akhir sesi aku akhirnya digantikan oleh anak dari Bank BRI. Sesungguhnya aku senang sekali. Aku tidak pandai baca puisi. Spesialisasiku adalah menulis puisi sahaja, bukan membacanya. Tenagaku juga sebenarnya sudah habis dan aku sudah mengantuk. Senang pada akhirnya aku tidak harus melakukan tugas itu.


Aku mendengar slentingan kalau beberapa anak merasa kasihan kalau aku yang terpilih jadi pembaca puisi. Sebenarnya saat aku terpilih, aku merasa seperti tantangan buat diriku, apakah aku bisa melakukan tugas ini? Walaupun aku tidak pandai membaca puisi, aku sudah mencoba semampu dan sebaik yang kubisa. Tidak ada rasa menyesal atau sedih ketika aku digantikan. Aku senang pernah sempat dipilih dan ketika digantikan. No hard feeling at all

ASBN sendiri ternyata adalah acara puncak bela negara, berupa upacara yang ditemani dengan api unggun besar di tengah-tengah kami. Lampu-lampu penerangan semuanya dimatikan. Cahaya hanya datang dari api unggun besar di tengah kami dan api kecil di setiap pleton barisan kami masing-masing. Puisi kemudian dibacakan setelah bendera dikibarkan. Masing-masing dari kami juga sempat melalukan prosesi penciuman bendera selama 3 detik. Begitu upacara selesai pukul setengah 1 malam, kami menikmati break malam berupa minuman jahe hangat, kue, dan kacang rebus.


Beberapa dari cewek ada yang langsung kembali ke barak tanpa menikmati minuman. Beberapa dari mereka ada yang menyempatkan mandi. Kalau aku tentunya hanya cuci muka sahaja. Karena aku sudah sempat mandi sore sekitar pukul setengah 6. Saat pergantian seusai outbound dari pakaian training ke PDL dan istirahat sholat Maghrib.

Hari terakhir Kamis tanggal 6 Februari 2020, kami semua bangun lebih siang. Namun aku tetap bangun pukul setengah 4 pagi. Teman-teman minta dibangunkan pukul setengah 5. Kumpul lapangan untuk pengibaran bendera dilakukan pukul setengah 6. Namun karena hujan, kami langsung menuju ruang makan, lengkap dengan tas kami yang sudah kami bereskan dari barak karena kami akan segera meninggalkan kompleks bela negara. Selesai sarapan, kami pergi ke aula bela negara untuk mendengarkan evaluasi bela negara hingga pukul 8 pagi. Selanjutnya kami pergi ke lapangan untuk melakukan upacara penutupan bela negara. Lantas kami kembali ke gedung Merah Putih, menerima kotak snack dan kotak makan siang. Semua kegiatan akhirnya selesai pukul 10 dan kami semua kembali pulang. Kami sampai LPPI sekitar pukul 1 siang. 

Begitulah akhir pengalaman bela negara. Banyak sekali yang aku dapatkan selama bela negara. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan walaupun melelahkan. Aku belajar banyak kalau jadi tentara itu susah juga. Aku salut dan suka dengan sifat yang tertanam di diri seorang tentara: disiplin, tertib, tepat waktu, dan rapi. Keren sekali. Aku juga mendukung kegiatan ini. Sangat bermanfaat dan persis seperti lagu Mars Bela Negara yang mengatakan, "Seluruh rakyat wajib bela negara. Songsong hari esok makmur sejahtera." aku merasa gak ada salah dan ruginya masyarakat mengikuti bela negara. Ilmu dan nilai-nilainya bagus. 

Waktu aku cerita ke Papa soal pengalaman ini, Papa bilang kalau tingkat kedisiplinan dan kekerasan bela negara cuma 5% saja. Gak ada apa-apanya. Bahkan mamanya temanku kaget karena anaknya gak menggelap kulitnya. Sudah rencana mau diajak makan di luar tapi karena tahu anaknya diberi makan yang cukup layak, acara makan-makannya jadi gagal. Hahaha. Oh, iya, buat para cewek, masih sangat-sangat memungkinkan banget kalau kalian mau dandan, bawa hair dryer atau bahkan catokan. Oke oke. 

Semangat bela negara!



You May Also Like

0 comments