SURAT UNTUKMU

by - July 03, 2014

Hai kau,

Bodoh. Mengapa harus menuruti kehausanmu akan sesuatu yang seharusnya sudah hancur? Eh, bukan. Maksudku, sesuatu yang seharusnya tak kau sentuh lagi, karena kau sudah berjanji untuk terhempas dari peredarannya. Saat ini kau bahkan terlihat seperti pengemis yang meminta uang untuk makan. Bodoh dan menyedihkan. Padahal kau tahu sendiri itu tidak mungkin terjadi, seandainya...seandainya kau cukup kuat menahan diri untuk tidak terlalu masuk ke wilayah peredarannya.

Membayangkan betapa indahnya masa lalu hanya membuatmu lemah....

Sungguh, tidak bisakah kau berhenti mengetikkan namanya di kotak pencarian? Aku mulai kesal melihatnya. Lihat, kau mulai berteriak kecil mendapati dirimu melakukan itu lagi dan detik kemudian menyesali perbuatan konyolmu itu. Aku kan sudah memberitahumu untuk berhenti memikirkannya. Kau ini tuli atau apa?

Melanjutkan pembicaraan tadi; membayangkan betapa indahnya masa lalu hanya membuatmu lemah. Mau saja kau diantar ke tempat-tempat penuh kenangan yang fana itu. Maksudku, itu kan masa lalu, mengapa harus berlarut-larut tinggal di sana sementara kau punya masa depan yang masih perlu dan penting untuk dipikirkan.

Jadi, kapan kau bangkit?

Aku kangen, nih, dengan semangat membaramu itu. Melejit dari peringkat sepuluh ke peringkat tiga di kelas. Yah, walaupun bukan prestasi yang gemilang-gemilang amat, tapi ambil saja sisi positifnya. Kalau kau bisa terus menjaga semangatmu tetap membara, aku yakin rintangan masalah dan keresahan itu hanya batu kerikil di jalanan. Kau mengerti maksudku, kan?

Baiklah, aku masih menunggu perubahan itu. Semoga berhasil.

Tertanda yang mengamati diri sendiri,



Aku

****

3 Juli 2014
9:32 AM

You May Also Like

0 comments