PRASANGKA

by - June 30, 2014

“Aku menunggumu.” Julian berkata dari balik layar laptop Anne.

”Oh, maaf.” Anne menaikkan alis kanannya dan sibuk memainkan rambut ikal cokelatnya. Dengan tampang acuh, dia mengabaikan layar dan menekuri jemarinya yang baru saja dirawat di salon kecantikan langganannya.

Lalu Anne menambahkan dengan sarkastis. ”Aku sibuk menonton film.”

”Anne, dengar...” Kata Julian. ”Aku minta maaf karena aku tidak...aku sibuk, kau tahu. Kompetisinya—”

”Berikut pestanya dengan cewek-cewek.” Sela Anne. ”Kau menang, kau merayakan pesta kemenangannya, dan kau bersenang-senang dengan mereka. Bukan begitu?”

Julian mengerutkan dahi dan menyipitkan matanya. ”Apa maksudmu?”



”Oh, ayolah Jul.”  Anne memutar kedua bola matanya dan menatap layar laptop dengan tajam. ”Alasan apa lagi yang akan kau lontarkan?”

Julian menyanggah, ”Anne sungguh...kau tak mengerti...”

”Tentu saja aku mengerti.” Anne berujar dengan sikap defensif. ”Dengan sangat baik.”

”Tidak. Aku yakin kau tidak mengerti.” Kilah Julian sembari menggeleng-gelengkan kepala. ”Apa kau tahu aku sedang menyiapkan visa dan paspor untuk pergi ke negaramu? Kau tahu itu?”

Anne membuka mulut dan bersiap menyangkal, ”Unt—” ketika Julian memotongnya.

”Kau tahu, aku ingin mengunjungimu.” Julian berhenti dan menarik napas dalam-dalam. Seperi sedang memikirkan suatu pilihan mana yang akan diucapkan.

”Kupikir itu saja yang perlu kau ketahui saat ini, my angel.” Kata Julian pada akhirnya.

”Jadi, maksudmu...” Anne berkata terbata-bata, mencoba mencerna perkataan Julian. Selama ini dia telah berprasangka buruk terhadap Julian. Hubungan jarak jauh ini selalu membuat Anne curiga. Apalagi ketika Julian tidak bisa menepati janjinya untuk bertegur sapa melalui Skype. Setiap alasan yang diberikan Julian apabila tidak dapat ditepati tidak langsung ditelan bulat-bulat oleh Anne lantaran curiga. ”Ada banyak hal yang belum aku ketahui saat kau tiba di sini?”

Julian hanya tersenyum simpul. ”Bagaimana menurutmu?” pungkasnya.

***

You May Also Like

0 comments